TUGAS KESEHATAN MENTAL MINGGU 1
“PENGANTAR KESEHATAN MENTAL”
http://baak.gunadarma.ac.id/
NAMA: YOLANDA EKA PUTRI
NPM: 1C514447
KELAS: 2pa06
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
A.
Orientasi
Kesehatan Mental:
Kesehatan mental, berasal dari dua kata, yakni
“kesehatan” dan “mental”. Kesehatan berasal dari kata “sehat”, yang merujuk
pada kondisi fisik. Individu yang sehat adalah individu yang berada dalam
kondisi fisik yang baik, dan bebas dari penyakit. Sedangkan “mental” adalah
kepribadian yang merupakan kebulatan dinamik yang tercermin dalam cita-cita,
sikap, dan perbuatan. Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran,
emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan atau kebulatannya akan
menentukan tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan,
mengecewakan, atau yang menggembirakan dan menyenangkan.
Kesehatan mental menggambarkan tingkat kesejahteraan
psikologis, atau adanya gangguan mental. Dari perspektif 'psikologi positif'
atau 'holisme', kesehatan mental dapat mencakup kemampuan individu untuk
menikmati hidup, dan menciptakan keseimbangan antara aktivitas kehidupan dan
upaya untuk mencapai ketahanan psikologis. Kesehatan mental juga dapat
didefinisikan sebagai suatu ekspresi emosi, dan sebagai penanda adaptasi sukses
untuk berbagai tuntutan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
kesehatan mental sebagai, "suatu keadaan kesejahteraan dimana individu
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dari
kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan
kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang
nyata antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem yang biasa terjadi dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat,
dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi
jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus
dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan
adanya keharmonisan, yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang,
serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan (konflik).
Menurut WHO,
kesehatan mental adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana individu dapat
merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang
normal, bekerja dengan produktif dan memiliki konstribusi dalam kehidupan di
komunitasnya.
Menurut Jahoda (Ihrom, 2008),
kesehatan mental mencakup :
a) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
f) Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.
a) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
f) Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.
Assagioli, (Ihrom, 2008)
mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian,
keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah
hubungan yang sehat dengan orang lain.
B. Konsep sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang
tidak hanya terbebas daripenyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947)Definisi Sehat Dalam Keperawatan Sehat : Perwujudan individu
yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain
(Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang
kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas struktural. (Pender (1982))Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri (self care Resouces)yang menjamin tindakan untuk perawatan diri
( self care Aktions) secaraadekual.Self care
Resoureces : mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Aktions
: Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahan kan dan menigkatkan fungsi psicososial da piritual.(Paune (1983)
Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosialdan ekonomi (UU No.23,1992)
CIRI-CIRI SEHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila
sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan
memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan.Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3
komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
1.Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran.
2.Emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,
gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3.Spiritual sehat tercermin dari
cara seseorang dalam mengekspresikan rasasyukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fanaini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4.Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku,agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
5.Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagimereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagikelompok tersebut, yang berlaku adalah
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi
kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia
lanjut. Aspek-aspek pendukung kesehatan
Banyak orang berpikir bahwa sehat
adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada gejala penyakit yang terasa
berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang tepat. Ada kalanya
penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg baru diketahui
setelah stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak
ada? Tentu saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit
bukan berarti sehat.Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di
mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:
1.Nutrisi yang lengkap
dan seimbang
2.Istirahat yang cukup
3.Olah Raga yang teratur
4.Kondisi mental, sosial dan rohani
yang seimbang
5.Lingkungan yang bersih
Apabila salah satu saja dari kelima
faktor ini tidak tercukupi, akan membuat keseimbangan kinerja organ tubuh
terganggu. Sesungguhnya tubuh memiliki mekanisme otomatis untuk
mengembalikan keseimbangan kesehatannya , akan tetapi apabila hal ini
berlangsung terus-menerus atau kekurangan tersebut dalam jumlah yg cukup besar,
maka tubuh tidak mampu mengembalikan keseimbangan, dan hal inilah yg kita
sebut sakit.Istimewanya tubuh manusia, walaupun dalam kondisi sakit tubuh
tersebut tetap dapat memulihkan dirinya sendiri. Untuk itu perlu dibantu
dengan memberikan nutrisi dalam jumlah yang memadai secara lengkap ditambah
dengan istirahat yang cukup. Dalam keadaan ini obat bukanlah faktor utama
pemulihan, karena ada sebagian orang yg dapat pulih dari sakit tanpa bantuan
obat, seperti misalnya penderita flu dan pilek. Obat dapat digunakan
untuk membantu mengurangi gejala, tetapi penggunaannya tidak
boleh berlebihan dan harus sesuai dengan petunjuk dokter.
C.
Sejarah perkembangan mental
Secara
etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis”
artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan
terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan.
Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira 50:50 .
Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira 50:50 .
Perlu
diketahui disini sejarah tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai
penyakit mental dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh dua alasan ,
yaitu:
1.
Sifat dari masalah yang disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya
menjadi merasa ketakutan. 2.Perkembangan semua ilmu pengetahuan begitu lambat ,
dan banyak kemajuan yang sangat penting. Pada masa awal awal orang yang sakit
mental dapat dipahami secara seluruh sering diperlakukan dengan kurang baik. Di
jaman prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami gangguan mental baik
fisik maupun gangguan gangguan yang baik. Di jaman prasejarah ini juga terdapat
perawatan-perawatan untuk penyakit gangguan mental yaitu :
menggosok,menjilat,mengisap dan memotong.
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hiduo bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan lagi sebagai gangguan.
Gangguan
mental Tidak Dianggap Sebagai Sakit
Pada tahun 1600 dan sebelumnya , orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian. Pandangan terhadap masyarakat ini menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karna mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitarnya.
Pada tahun 1600 dan sebelumnya , orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian. Pandangan terhadap masyarakat ini menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karna mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitarnya.
Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan dimana pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat antara lain :
– Akibat kekuatan supranatural
– Dirasuk oleh roh atau setan
-Dianggap kriminal karna memiliki derajad kebinatangan yang lebih besar
– Dianggap sakit
Tahun 1692 mendapatkan suatu pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena shir atau guna-guna. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir.
Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit
Tahun 1724 pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.
Tahun 1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan.
Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental
Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit ketubuhan terutama otak.
Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya.
Pendekatan
Kesehatan Mental Mental : memahami dan menjelaskan pendekatan Kesehatan Mental
yang meliputi:
Orientasi
klasik
Orientasi
klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut
pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak
mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri,
atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau
“perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan
sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan
secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara
fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.
Orientasi penyesuaian
diri
Pandangan yang
digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang
menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental.
Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat
kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan
derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya.
Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan
masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran
sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Kesehatan mental
merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai
tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari
masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian,
stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat
menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk
berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat
realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya
berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil.
Individu yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal
dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi
merespons secara realistis dan berorientasi pada masalah.
Orientasi pengembangan
potensi
Menurut pandangan ini,
kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa
tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal
sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya.
Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga
dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Individu yang sehat
mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan
potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga
dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini
dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.
Jadi, fokus utama
kesehatan mental adalah kesejahteraan emosional, kemampuan menjalani hidup
secara utuh dengan penuh kreatif, dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan
yang tak terelakkan dalam realitas kehidupan, sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat. Kesehatan mental merujuk pada aplikasi dan pengembangan
prinsip-prinsip praktis dalam pencegahan, pencapaian, dan pemeliharaan
unsur-unsur psikologis dalam diri individu sebagai upaya untuk mengatasi
munculnya masalah-masalah mental atau maladjusment. Kesehatan mental selalu
terkait dengan; (1) bagaimana individu merespon --memikirkan, merasakan, dan
menjalani-- kehidupan sehari-hari, (2) bagaimana individu memandang realitas
dirinya sendiri dan orang lain, (3) bagaimana individu melakukan evaluasi
terhadap berbagai alternatif dan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah
yang menimpa dirinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar