TUGAS KESEHATAN MENTAL MINGGU ke 4
NAMA: YOLANDA EKA PUTRI
KELAS: 2pa06
NPM: 1C514447
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
A. Perkembangan kepribadian “self”
Salah satu tokoh penting dalam teori
humanistik adalah Carl Rogers. Beliau adalah seorang ahli terapi yang
dididik secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori
perilaku, dia tidak sepenuhnya merasa nyaman dengan dua aliran Freud dan
Winnicot, teori-teori Rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan pada apa
yang dikatakan pasien dalam terapi.
Teori Rogers sangat bersifat klinis,
karena didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun tentang bagaimana seharusnya
seorang terapis menghadapi seorang kliennya. Dalam dunia psikologi teori ini
disebut dengan teori teori yang berpusat pada klien dalam istilah carl rogers
disebut sebagai “client centered theraphy” atau “person-centered
psychotherapy”.
Maksud dari berpusat pada klien
adalah karena teori ini terapis harus mampu masuk pada hubungan yang s angat
pribadi dan subjektif dengan klien, yang hubungannya tersebut bukan seperti
ilmuan dengan objek penelitian namun lebih pada antara pribadi dengan pribadi.
Terapis memandang bahwa klien; memiliki pribadi, memiliki harga diri tanpa
sarat, memiliki nilai nilai tak peduli bagaimana keadaannya, tingkah
lakunya atau perasaannya.
1. Struktur
Kepribadian (Self)
Rogers lebih mementingkan dinamika
dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana
kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural
kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi,
diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam teorinya yitu Self,
organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan
struktur kepribadian yang sebenarnya. Self atau konsep self adalah konsep
menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang
“I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan
“I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut
nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan
konsepsi orang tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya. Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam
kaitannya dengan berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan
hubungan interpersonal.
Carl Rogers mendeskripsikan the
self atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan
bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini,
sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh
individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada
saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self
ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang
kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
self I dan self me sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang
lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan
ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan
yang dirasakan Jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau
maladjustment atau neurosis.Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
1.
Makhluk hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan
fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang
secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat
2.
Realitas subyektif; organisme menanggapi dunia seperti
yang siamati atau dialaminya. Jadi realita bukan masalah benar atau salah
melainkan masalah persepsi yang sifatnya subjekstif.
3.
Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem,
sehingga perybahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri
3.
Medan fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang
internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari dinamakan medan
fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
2. Dinamika kepribadian
Menurut roger organisme memiliki
satu motivasi utama yaitu kecenderungan untuk aktualisasi diri dan tujuan utama
hidup manusia adalah untuk menjadi manusia yang bisa mengaktualisasikan diri,
dapat diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap makhluk hidup yang
bertujuan mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik mungkin. Pada
dasarnya manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk penghargaan
positif baik dari orang lain maupun dari diri sendiri.
Rogers percaya, manusia memiliki
satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri.
Kecendeurngan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan
mencapai tahap “human-beingness” yang setinggi-tingginya. Kita
ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan
kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bawah
sadar memandu kita menuju perilaku yang membantu kita mencapai potensi yang
kita miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada dasarnya baik hati dan
kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang buruk atau
hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
Menurut Rogers, organisme
mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi. Rogers
menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah
tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan.
Untuk bergerak ke arah mendapatkan
tujuannya manusia harus mampu untuk membedakan antara perilaku yang progresif
yaitu perilaku yang mengarahkan pada aktualisasi diri dan perilaku yang
regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada tercapainya aktualisasi diri.
Manusia harus memilih dan mampu membedakan mana yang regresif dan mana yang
progresif. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk progresif dan menuju
aktualisasi diri.
3. Perkembangan
Kepribadian
Rogers tidak memfokuskan diri untuk
mempelajari “tahap” pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, namun dia
lebih tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain yaitu dengan bagaimana
evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman dan apa yang orang
persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.
Contoh sederhana dapat dilihat
sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang
gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan
kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi
insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis
tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan
yang diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya.
Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau
menuruti keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak
menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan
itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan
mengubah realitas seorang anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat
menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari
tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal
nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari
ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di tolak
oleh orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan
merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri
dan apa yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan
orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman
muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit
saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan
konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari
ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah
menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang
menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat
tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh
jiwa yang sehat
B. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
B. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
Peranan
positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap,
dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive
regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need
for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
C. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
Hal yang pertama
dikemukakan versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni kepribadian
yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses,
suatu arah bukan suatu tujuan. Aktualisasi-diri berlangsung terus, tidak pernah
merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini, yakni orientasi
ke masa depan ini, menarik individu ke depan, yang selanjutnya
mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. Rogers menyebut
salah satu di antara buku-bukunya on becoming a person; buku ini merangkum
dengan tepat sifat dari proses yang berlangsung terus itu.
Hal yang kedua tentang
akutalisasi-diri ialah aktualisasi-diri itu merupakan suatu proses yang sukar
dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi-diri merupakan suatu ujian,
rentangan, dan pecutan terus-menerus terhadap semua kemampuan seseorang Rogers
menulis, “aktualisasi-diri merupakan keberanian untuk ada”. Hal ini berarti
meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan. Orang itu terbenam
dalam dan terbuka kepada seluruh ruang lingkup emosi dan pengalaman manusia dan
merasakan hal-hal ini jauh lebih dalam daripada seorang yang kurang sehat.
Rogers tidak
menggambarkan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri it uterus-menerus
atau juga hampir setiap saat bahagai atau puas, meskipun mereka benar-benar
mengalami perasaan-perasaan ini. Seperti Allport, Rogers juga melihat
kebahagiaan sebagai hasil sampingan dari perjuangan aktualisasi-diri;
kebahagiaan bukan suatu tujuan dalam diri sendirinya. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri menjalani kehidupan yang kaya, menantang, dan berarti,
tetapi mereka tidak perlu tertawa terus-menerus.
Hal yang ketiga tentang
orang-orang yang mengaktualisasikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri
mereka sendiri. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng atau
kedok-kedok, yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau
menyembunyikan sebagian diri mereka. Mereka tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
tingkah laku atau memperlihatkan kepribadian-kepribadian yang berbeda untuk
situasi-situasi yang berbeda. Mereka bebas dari harapan-harapan dan
rintangan-rintangan yang diletakkan oleh masyarakat mereka atau orangtua
mereka, mereka telah mengatasi aturana-aturan ini. Rogers tidak percaya bahwa
orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup di bawah hukum-hukum yang
diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan
semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Diri adalah tuan
dari kepribadian dan beroperasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan
orang-orang lain. Akan tetapi orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak
agresif, memberontak secara terus-terang atau dengan sengaja tidak konvensional
dalam mencemoohkan aturana-aturan dari orang tua atau masyarakat. Mereka
mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai individu-individu dalam
sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.
Di samping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
Di samping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
1. Keterbukaan pada Pengalaman
Orang yang demikian mengetahui segala
sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Itu berarti
bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih ”emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang defensif.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih ”emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang defensif.
2. Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan
baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka
dari itu, ada kegembiraan karena setiap pengalaman tersingkap.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang
Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami
dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “Apabila suatu
aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu
perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan
organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran
saya”?
Seseorang yang beroperasi semata-mata atas dasar rasional atau intelektual sedikit banyak adalah cacat, karena mengabaikan faktor-faktor emosional dalam proses mencapai suatu keputusan. Semua segi organisme-sadar, tak sadar, emosional, dan juga intelektual – harus dianalisis dalam kaitannya dengan masalah yang ada. Karena data yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan adalah tepat (tidak diubah) dank arena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya diri mereka sendiri.
Sebaliknya orang yang defensive membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya. Misalnya, dia mungkin dibimbing oleh ketakutan terhadap apa yang akan dipikirkan orang-orang lain, terhadap pelanggaran suatu adat sopan santun atau karena kelihatan bodoh. Karena orang yang defensif tidak mengalami sepenuhnya, maka ia tidak memiliki data yang lengkap dan tepat tentang semua segi dari suatu situasi, Rogers menyamakan orang ini dengan suatu komputer yang diprogramkan untuk menggunakan suatu bagian dari data yang relevan.
Seseorang yang beroperasi semata-mata atas dasar rasional atau intelektual sedikit banyak adalah cacat, karena mengabaikan faktor-faktor emosional dalam proses mencapai suatu keputusan. Semua segi organisme-sadar, tak sadar, emosional, dan juga intelektual – harus dianalisis dalam kaitannya dengan masalah yang ada. Karena data yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan adalah tepat (tidak diubah) dank arena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya diri mereka sendiri.
Sebaliknya orang yang defensive membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya. Misalnya, dia mungkin dibimbing oleh ketakutan terhadap apa yang akan dipikirkan orang-orang lain, terhadap pelanggaran suatu adat sopan santun atau karena kelihatan bodoh. Karena orang yang defensif tidak mengalami sepenuhnya, maka ia tidak memiliki data yang lengkap dan tepat tentang semua segi dari suatu situasi, Rogers menyamakan orang ini dengan suatu komputer yang diprogramkan untuk menggunakan suatu bagian dari data yang relevan.
4. Perasaan Bebas
Sifat kepribadian yang sehat ini terkandung
dalam pembicaraan kita di atas. Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat
secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan
bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau
peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka
orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu
melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya
sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar untuk
melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Orang-orang yang
terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka
sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang
– sebagaimana dikemukakan Rogers – yang akan mengungkapkan diri mereka dalam
produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang
kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah laku spontan, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang
beraneka ragam sekitar mereka.
DATAR PUSTAKA
https://a62747.wordpress.com/2009/10/25/ciri-ciri-orang-yang-berfungsi-sepenuhnya-menurut-rogers/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar