TUGAS PSIKOTERAPI MINGGU ke 3
“Terapi Keluarga"
http://baak.gunadarma.ac.id/
NAMA: YOLANDA EKA PUTRI
KELAS: 3pa06
NPM: 1C514447
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
“TERAPI
KELUARGA”
Ø Konsep
Terapi Keluarga
Terapi
keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern &
Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang
ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya,
klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa
terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi,
lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku
maladaptive (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).
Penelitian
mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis
bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga
pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini
menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
the double
bind (ikatan ganda)
Dalam terapi keluarga,
munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota
keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
family
homeostasis (kestabikan keluarga)
Bagaimana keluarga
menjaga kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk
meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam keluarga musti
dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan
individual/perorangan.
Adanya
gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double
bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang
berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan.
Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang
sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak
pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan
yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si
‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini
(double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku
skizoprenik.
Kemudian
timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya dengan
faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini
kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.
Teori
keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga
inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan
oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat
saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga
memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan
tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara
terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga
sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu
tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga.
Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi
sosial mereka.
Terapi
keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai
masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang
sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan.
Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga
atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga
mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi
keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering
percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi
(Patterson, 1982).
Terapi
keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk
menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga
untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga
dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota
akan tetapi membantu anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang
lain masuk akal.
Pendekatan
berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur
(Minuchin, 1974; Satir, 1967). Disini, terapis berusaha menemukan problem utama
dari masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual.
Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada
satu orang. Contohnya, terapis menyampaikan bahwa perilaku menentang dan
agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan
untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang
mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga
lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka
dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.
Saat
ini, terapi keluarga terstruktur telah disesuaikan untuk membawa faktor budaya
yang mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari kelompok etnis tertentu.
Untuk membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetap kembali, harus ada
perjanjian keluarga yang disusun untuk menghindari hal-hal berikut :
penolakan anak untuk
mengikuti terapi,
sikap ambivalen ibu
dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi,
penolakan keberadaan
seorang ayah dalam keluarga, dan
anggota keluarga tetap
berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang asing.
Terapi
keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasil dari
keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena
kondisi keluarga yang tidak mendukung.
Kondisi
keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun jika
memungkinkan, tritmen bagi penderita skizofrenia atau borderine yang masih awal
dengan memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin bisa berguna. Terapi
dimulai dengan fokus pada masalah yang dialami pasien dalam keluarga dan
kemudian anggota keluarga menyampaikan/memberikan kontribusi masing-masing.
Terapis bertugas untuk mendorong seluruh anggota keluarga untuk mau terasa
terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.
Terapis keluarga biasa
dibutuhkan ketika :
1. Krisis
keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. ketidak
harmonisan seksual atau perkawinan
3. konflik
keluarga dalam hal norma atau keturunan
Ø Tujuan Terapi Keluarga
Tujuan pertama adalah menemukan
bahwa masalah yang ada berhubungan dengan keluarganya, kemudian dengan jalan
apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan
untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam
sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan
tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara
tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi
seluruh anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana mereka berinteraksi
dalam sesi keluarga itu. Kemudian, setiap anggota keluarga diminta menyampaikan
harapan untuk perkembangan diri mereka sebaik mungkin, umumnya untuk
menyampaikan komitmen pada terapis.
Tujuan
jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah sebagian besar
yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola
komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan
primer dan sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan
tujuan. Tujuan yang disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’
untuk seluruh keluarga, ternyata lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan
individuasi’. Sebagian memilih ‘pengembangan symptom individu’ dan
‘mengembangkan kinerja individu’. Memfasilitasi fungsi individu adalah tujuan
utama dari terapi individual, tetapi para terapis keluarga melihat sebagai
bukan yang utama dalam proses perubahan keluarga yang luas, khususnya sistem
komunikasi dan sikap anggota keluarga yang menghormati anggota
lainnya.
Ø JENIS-JENIS
TERAPI KELUARGA
Terapi Keluarga
“Bowenian” atau Transgenerasional
Menurut pendekatan ini, keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang saling
tergantung secara emosional, dengan pola-pola perilaku yang terbentuk seiring
perjalanan waktu dan sering kali diulangi kembali dari generasi ke generasi.
Keluarga menciptakan iklim emosional dan pola perilaku yang akan diduplikat
oleh anggota-anggotanya dalam hubungan-hubungan di luar setting keluarga.
Tujuan utama tipe intervensi ini adalah: (a) mengurangi tingkat kecemasan
keluarga secara keseluruhan, sehingga memungkinkan anggota-anggotanya untuk
berfungsi secara independen dan mengubah perilaku-perilaku bermasalahnya, (b)
mengingkatkan tingkat diferensiasi dasar masing-masing anggota dari kebersamaan
emosional keluarga, proses yang memungkinkan anggota-anggotanya untuk
memberikan respons terhadap berbagai situasi emosional secara lebih efektif.
Refleksi diri tentang keluarganya sendiri merupakan hal yang berguna bagi
terapis keluarga.
Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi tipe ini adalah:
a. Klien berbicara
dengan terapis, bukan dengan sesama anggota keluarga. Ini untuk menjaga agar
reaktivitas emosional tetap rendah.
b. Genograms
merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga generasi dalam
keluarga.
c. Detriangulating
yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.
Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir
Ciri khas pendekatan ini adalah kenaikan self-esteem anggota
keluarga sebagai sarana untuk mengubah sistem interpersonal keluarga.
Pendekatan ini mengasumsikan keberadaan keterkaitan antara self-esteem dan
komunikasi, di mana kualitas yang satu mempengaruhi kualitas yang lainnya.
Tujuan dari pendekatan ini adalah meningkatkan kematangan keluarga. Tugas terapis dalam terapi ini
sebagai berikut:
a. Memfasilitasi
penciptaan harapan dalam keluarga.
b. Memperkuat
keterampilan coping pada anggota keluarga dan proses-proses coping dalam
keluarga itu.
c. Memberdayakan
setiap individu dalam keluarga itu agar dapat menentukan pilihan dan
bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambilnya.
d. Memperbaiki
kesehatan masing-masing anggota keluarga dan kesehatan dalam sistem keluarga
itu.
Teknik-teknik yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah:
a. Kronologi
fakta kehidupan keluarga, riwayat keluarga holistik.
b. Metaphor, yaitu
diskusi tentang sebuah ide dengan menggunakan analogi.
c. Drama.
Para anggota keluarga memainkan adegan-adegan yang diambil dari kehidupan
mereka.
Terapi Keluarga Eksperiensial
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya mengalami dan mengekspresikan emosi here-and-now.
Tipe terapi ini cenderung menekankan pada promosi proses pertumbuhan alamiah
dalam keluarga, sambil sekaligus memberikan perhatian pada perebutan tipikal
antara otonomi dan interpersonal belonging yang terjadi dalam keluarga. Terapi
jenis ini membantu para anggota keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki
keluarga, sambil meningkatkan kemampuan keluarga itu untuk memberikan kebebasan
sebagai individu kepada setiap anggotanya.
Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang satu sama lain
saling berkaitan. Teknik-teknik
yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:
a. Bergabung,
yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota keluarga.
b. Pekerjaan
rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan tentang terapi di
sela-sela sesi.
c. Penggunaan
self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan berbagi dengan keluarga
itu.
Terapi Keluarga Milan
Terapi keluarga Milan melihat bahwa manusia terlibat dalam interaksi-interaksi
resiprokal yang mengakibatkan evolusi berkelanjutan dalam keluarga.
Konsekuensinya, masalah yang tampak dianggap merupakan fungsi keluarga dan
bukan sebagai gejala-gejala patologis yang melekat pada individu tertentu.
Biasanya klinisi membantu keluarga menemukan aturan permainan keluarga itu dan
memberdayakan mereka untuk mengubah aturan itu untuk memperbaiki hasilnya.
Terapis berupaya untuk tetap bersikap netral dan memfasilitasi prosesnya dan
bukan menjadi ikut terorganisasi ke dalam sistem keluarga itu.
Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Circular
questioning, yaitu memungkinkan akses ke persepsi/reaksi anggota-anggota
keluarga.
b. Prescriptions,
yaitu instruksi-instruksi paradoksal untuk menangani gejala.
c. Hipotesis,
terapis mengusung ide-ide terdidik dalam sesi.
Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif
Fokus dari pendekatan ini adalah perkembangan makna atau cerita tentang
kehidupan orang dan peran yang dimainkan orang dalam kehidupannya.
Cerita-cerita ini menjadi fokus intervensi. Pengubahan proses-proses evaluasi
dan pemaknaan yang dilakukan oleh seluruh anggota sistem itu, dan sistem itu
sendiri, guna memperbaiki fungsi unit keluarga itu secara keseluruhan dan
mengurangi kepedihan dan penderitaan.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah:
a. Dekonstruksi,
yaitu mengurangi riwayat permasalahan.
b. Rekonstruksi/re-authoring,
yaitu proses pengembangan kisah keluarga yang baru.
c. Tim
yang melakukan refleksi. Sekelompok professional pengamat mendiskusikan tentang
keluarga itu.
Terapi Keluarga Berfokus-Solusi
· Asumsi
: perubahan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan
· Fokus
: Bidang-bidang yang dapat diubah, fokus pada hal-hal yang mungkin, berusaha
mengambil kekuatan dan kompetensi yang sudah ada dalam keluarga itu dan
memanfaatkannya serta memfasilitasi.
· Teknik
yang digunakan :
- Pertanyaan
mukjizat : seberapa berbedakah keluarga ini jika terjadi mukjizat?
- Mengukur
: anggota keluarga diminta member penilaian numeric mengenai keadaan keluarga
- Dekonstruksi
: menciptakan keraguan daam kerangka acuan keluarga
Terapi
Keluarga Strategik
· Fokus
: Perubahan perilaku bukan perubahan pemahaman/ insight
· Lebih
berkonsentrasi pada teknik daripada teori
· Tujuan
utama : dihasilkannya solusi dan intervensi
· Lima
tahap dasar terapi:
- Tahap
sosial : klinisi berbicara terhadap tiap orang dalam keluarga dan
memperlakukannya seperti tamu.
- Tahap
masalah : klinisi melontarkan pertanyaan spesifik seputar masalah yang dihadapi
keluarga tsb
- Tahap
interaksi : klinisi mengumpulkan seluruh anggota keluarga untuk mendiskusikan
masalah mereka sambil mengobservasi proses interseksional
- Tahap
penetapan tujuan: Klinisi mendefinisikan secara operasional tujuan-tujuan
yang diinginkan keluarga
- Tahap
penetapan tugas: klinisi memberikan instruksi yang diselesaikan di sela-sela
sesi dan didiskusikan dengan anggota keluarga
· Teknik
yang digunakan : perintah, perintah paradoksal, menetapkan gejala
Terapi
Keluarga Struktural
· Menekankan
pentingnya proses daripada isi dan melihat struktur keluarga sebagai struktur
yang terdiri atas sejumlah transaksi komunikasi keluarga
· Fokus utama:
subsistem dan batas-batas yang ada dalam keluarga tersebut. Batas tersebut dapat bersifat kaku,
jelas,kabur.
· Tujuan
utama : mengatasi berbagai masalah dengan mengubah struktur system yang
mendasari
· Sesi
terapi bersifat aktif, penekanan pada proses daripada insight
· 3
tahap intervensi:
- Terapis
berusaha bergabung dan diakomodasi oleh system keluarga. Terapis harus
menyesuaikan dengan system komunikasi dan persepsi keluarga
- Pembentukan
diagnosis structural dimulai dengan bergabung dengan keluarga dilanjutkan
dengan adanya keterlibatan terapis. Membutuhkan observasi dan reformulasi hipotesis yang terus
menerus
- Ketika
terapi teraputik bergerak maju, terapis berusaha menggunakan intervensi yang
akan menghasilkan restrukturisasi system keluarga
· Teknik
:
- Mintesis/
imitasi : mengadopsi gaya komunikasi keluarga
- Mengaktualisasi
pola transaksional keluarga : keluarga memainkan adegan interaksi
- Menandai
batas-batas : menguatkan batas-batas yang kabur dan melonggarkan yang kaku
Terapi
Behavioral dan Kognitif-Behavioral
· Asumsi
: perilaku sebagai sesuatu yang dipelajari, menekankan pentingnya konsekuensi
perilaku dalam pemeliharaan dan kemunculan ulang
· Fokus:
fungsi perilaku dan kognisi
· Goal
: mengidentifikasi pola perilaku, pikiran, anteseden, konsekuensi sehingga
klinisi dapat membantu anggota keluarga mempelajari pola perilaku baru yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
· Tugas
klinisi :
- mengajari
keluarga mengases tindakan, pola pikir dan konsekuensi yang membuat perilaku
mereka bertahan atau duiulangi.
- Mengganti
perilaku tidak efektif dengan perilaku adaptif antara lain dengan mengajarkan
ketrampilan komunikasi, mengatasi masalah, strategi resolusi konflik, menjalin
kontrak, negosiasi, penguatan perilaku sehat, mengurangi perilaki maladaptive.
· Teknik
:
- Restrukturisasi
kognitif : meningkatkan validitas persepsi dan pemrosesan data
- Menjalin
kontrak, latihan komunikasi
Terapi
Keluarga Psikodinamik dan Relasi Objek
· Fokus
: latar belakang intrapsikis dari masing-masing anggota, hubungan di masa lalu,
ingatan serta konflik di awal kehidupan
· Tujuan
: membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam keluarga menjadi pola-pola
yang disadari.
· Menggunakan
aliansi teraputik, menelaah pertahanan dan resistensi keluarga, membantu
anggota keluarga menginternalisasi objek yang adaptif .
· Teknik
:
- Empati
: memahami berbagai pengalaman dari perspektif keluarga tsb
- Interpretasi
: mengklarifikasi aspek yang tidak disadari
- Netralitas
analitik : terapis mempertahankan sikap mental yang analitik
Ø Pendekatan
Terapi Keluarga
1. Network
therapy
Secara logika, terapi keluarga adalah perluasan dari simultan dengan
semua yang tersedia dari system kekeluargaan, teman, dan tetangga
serta siapa saja yang berkepentingan untuk memupuk rasa kekeluargaan (
Speck and Attneave, 1971).
2. Multiple-impact
therapy
Multiple-impact therapy biasanya dapat membantu remaja
pada saat mengalami krisis situasi (
MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga yang
beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan
dipasangkan dengan salah satua atau lebih anggota keluarga dengan
beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu
orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak
laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah
keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem
keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga
menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
3. Multiple-
family and multiple- couple group therapy
Masa kegiatan kelompok keluarga selanjutnya menimbulkan suatu keadaan yang biasa untuk membantu masalah emosional
( e.g., Laqueur, 1972 ). Model ini, partisipan tidak dapat memeriksa satu persatu dengan mentransaksi keluarga kecil mereka tetapi mengalami simultan mengenai masalah ekspresi oleh keluarga dan pasangan suami istri.
Dengan demikian, terapi kelompok ini dapat menunjang pemikiran pada pasangan suami istri.
DAFTAR
PUSTAKA
Becvar, Dorothy S.
Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision
of Simon & Schester,
Inc. Needham Height; Massachusetts.
Korchin, Sheldon J. 1976.Modern
Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York.
Nietzel, Michael.
1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster
/ Aviacom Company. UpperSaddle River: New Jersey.